PUISI UNTUK PULAUKU TERCINTA ''GILIYANG''




Aku Ingin Berkabar

Aku ingin kabarkan pada dunia
Temaran akan segera menggatikan
Tahta gelap dalam rahimku

Merangkak dari waktu ke waktu
Mencari celah untuk bercahaya
Mengubah pekat menjadi indah

Disamping trotoar
Kini mulai berdiri tegak tiang peradaban
Untuk mengubah sejarah
Sejarah malam dalam rahimku

Tunggulah
Lihatlah dari jauh
Ditengah samudra ada bulan-bulan kecil bergantungan
Menghiasi panorama malam
Serta mengubah tanah merahku.

Yogyakarta, 2017

Memoar Damar Conglet

Entah mau dikemanakan
Damar conglet disudut-sudut rumah
Sementara ia cahaya setia setiap malamku
Yang menuntun mata serta tangan
Untuk mengeja aksara
Menemani sampai larut waktu
Menemani hingga pergantian muism berlalu.

Yogyakarta , 2017

Jangan Lupakan Sejarah Kita

Mungkinkah setelah pergantian waktu  
Kau akan mengingat cahaya waktu itu?
Cahaya yang membawamu dari segalah masa
Menuntun langkah kita melukis kisah

Akankah kita ingat pada cahaya itu?
yang mana selalu menemanimu hingga suasana berlalu?
Lenterra kuningnya yang menjadi  pelita keabadian
Sampai habis waktu dalam diri kita
Ingatlah bahwa ia adalah keabadian dan
Nafas sekian abad lalu hingga kini

Yogyakarta, 2017

Setetes Pelita Ditanah Harapan

Setetes harapan menuju perubahan yang kau torehkan
Semoga tidak lagi terpasung  duri kemarung
Apalagi terhempas gelombang
Setelah temaram resmi menggantikan
Tahta gelap dalam dirimu

Semoga mawar-mawar merah
Juga ilalang liar tetap tumbuh berkembang
Menyebarkan semerbak
Keharuman namamu

Supaya lebih terlihat dengan jelas dirimu
Dimata semua mata, serta tatap yang jauh disana
Biar semuanya dapat menikmati kilauan
Sinar yang memancar dari ruang tubuhmu

Berjalanlah menuju perubahan
Dan bawahlah semua penghunimu
Serta tempatkanlah mereka ditanah syurgamu.

Yogyakarta, 2017

Do’a Anak Rantau

Dari beribu-ribu kilo jarak tempuh
Terhampar bebatuan
Menjulang tinggi perumahan
Terhalang oleh pegunungan
Aku untaikan seikat do’a untukmu
Untukmu yang melahirkan diriku
Dari segumpal tanahnya
Semoga dengan adanya tiang peradaban
Yang kini mulai berdiri tegak
Dapat membawamu pada keabadian

Dari beribu-ribu kilo jarak tempuh
Tak ada hentinya disetiap sujud dzikirku
Kutaburkan do’a harapan pada-Nya
Supaya memberimu kecerahan
Dengan kecerahan itu
Semoga dirimu juga menjaga Tuhan keduaku.          

Yogyakarta, 2017


2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.