SAJAK KEDUA DARI SIMANIS


Senyummu merangkai indah di pelupuk mata. Memberikan cahaya untuk tujuan hidup di dunia. Memberikan secercah harapan menuju hidup yang lebih baik. Memberikan kekuatan di kala rasa ini terpuruk ke dalam lubang tak berdasar, dan membuat aku mengerti arti kehidupan yang sebenarnya.

Tawa mu, tangis mu, canda mu, marah mu mengiringi setiap langkahku. Membuat aku ingin lebih dekat, dekat, dan hanya ingin di dekat mu hingga akhir hayat ku. Semoga Tuhan menghendaki kita bersama, karena hati ku sudah terpaut jauh denganmu. Tak bisa di pungkiri lagi, aku hanya ingin engkau mendampingiku di saat susah maupun senang, di saat tangis maupun tawa, di saat panas atau dingin, di saat siang ataupun malam.

Kadang terbersit bayangan indah antara kau dan aku, seakan semuanya begitu nyata. Namun, ketika ego menguasai diri bahkan kata-kata bejat yang tak pantas, dan tak seharusnya di ucap keluar dengan mudahnya. Akal pikiran mati seketika, yang ada hanya mulut berkomat kamit menuturkan kata-kata kasar dan sumpah serapah.

Setelah amarah pergi, tangis tumpah dan penyesalan menyelimuti. Berusaha sekuat tenaga memperbaiki keadaan seperti sediakala. Ku harap, takkan pernah ada perpisahan selain maut yang membuatmu terpisah dari ku.

Aku ingin kau menjadi pemimpin bagi generasiku selanjutnya, menjadi ayah dari anak-anakku, menjadi imam dalam rumah kita, menjadi raja dalam hatiku. Aku sangat bahagia bisa kenal dan memiliki mu, jagalah kepercayaan dan cinta yang ku berikan padamu. Berikanlah pupuk dan air cintamu agar tumbuh dengan subur. Lindungilah dari hama-hama perusak yang mampu menggerogoti dan membunuhku perlahan. Percayalah, hanya kau yang memenuhi ruang dalam hatiku, rindu yang meluap-luap terkadang sangat menyiksaku jauh dari mu.

Kau benar, mungkin nanti bisa jadi akulah yang lebih dulu keriput, tua, bahkan mungkin pikun. Kuharap, saat aku menua, keriput, bahkan sudah tak mampu mengingat dengan baik, kau tetap di sampingku dan takkan pernah meninggalkanku. Bahkan mungkin jika maut yang lebih dulu menjemputku, aku ingin pergi dengan bahagia di pelukanmu.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.