PITUTUR SESEPUH GILIYANG
PITUTUR SESEPUH GILIYANG
Keris Situasik Dan Kisah
Tobatnya Raja Maling
Percikan Hikmah dari Perjalan
Hidup Kyai Abdul Hamid Sora Laksana.
Keris Situasik
termasuk dari sekian ribu peninggalan bersejarah di Giliyang yang memiliki
keunikan tersendiri. Cerita tentang kekuatan supranatural keris itu seakan
telah menjadi hiyasan dalam tradisi lisan masyarakat polo Sere Elang. Konon,
keris tersebut sering kali digunakan sebagai senjata dalam perjuangan ulama’
Gili melawan kekejaman orang-orang Belanda dan Lanon. Nah sahabat pitutur, kita
akan berbagi cerita unik seputar keris
situasik yang memungkinkan untuk dapat kita ambil hikmahnya. Ude pada penasaran
bukan!!!
Simak ulasan berikut ini:
Pada zaman Kyai
Abdul Hamid Sora Laksana, terdapatlah seorang raja maling yang amat sakti.
Sebagai seorang raja maling, merampok, merampas harta orang lain dengan
berbagai cara, bahkan membunuh sekalipun baginya tidak menjadi soal, asal apa
yang diinginkan bisa tercapai. Tengah malam merupakan waktu yang paling tepat
baginya untuk beraksi. Sebab pada malam hari, obyek sasaran biasanya terlelap
tidur. Dengan demikian tengah malam adalah waktu yang paling aman untuk
mencuri. Pada suatu malam, si raja pencuri itu bermaksud mengambil barang yang
ada di sebuah rumah. Aksi itupun segara dimulai. Namun belum sempat barang itu
diambil, tiba-tiba si pemiliki rumah bangun. Ia sangat keget melihat maling
berada dirumahnya. Iapun langsung memburu dan menyerang si raja maling dengan
ganas. Naas, si raja maling tersebut lebih dulu melayangkan kerisnya ke tubuh
korban, dan si pemilik rumahpun langsung mati terkapar.
Melihat kejadian
itu, si pencuri sangat kaget. Tanpa basa-basi ia langsung lari meninggalkan
lokasi kejadian. Ia kawatir kalau perbuatannya itu sampai diketahui orang, maka
malapetakalah yang akan menimpanya. Ia terus lari sekuat tenaga seraya
membawa seribu penyesalan yang terpendam
di dalam batinnya. Entalah mengapa, baru kali ini ia merasa takut dan kawatir.
Pergolakan di dalam batinnya itu terus-menerus menghantui hidupnya. Karena
itulah ia mencoba mencari solusi bagaimana cara menghilangkan beban hidup yang mendera batinnya itu. Akhirnya, ia
memutuskan untuk mendatangi rumah Kyai Abdul Hamid Sora Laksana di panggung
(Bancamara sekarang). Dengan raut wajah yang amat sedih penuh penyesalan, Ia menceritakan semua kejadian yang menimpa
hidupnya serta apa yang telah ia perbuat selama ini (baca: menjadi maling).
Mendengar cerita
itu, Dengan halus Kyai Abdul Hamid memberikan nasehat padanya. Untaian nasehat
Kyai Abdul Hamid itu begitu membekas dalam hatinya. Si Pencuri itu iapun
akhirnya berjanji akan bertobat, kembali pada jalan yang benar seraya
menyerahkan keris miliknya, dan pada akhirnya ia menjadi murid setia dari cicit
Daeng Kraeng Masalle itu. Di kemudian hari Kyai Abdul Hamid melihat secara
seksama bentuk keris itu, dan ternyata keris tersebut memiliki hubungan
dengannya (konon keris tersebut dibuat oleh Daeng Kraeng Masalle). Karena
itulah keris tersebut diberi nama SITUASIK.
Tidak ada komentar: