Sejarah Pemerintahan Bancamara Giliyang
Sejarah Pemerintahan Bancamara Giliyang
Kali ini saya
akan mengulas sejarah pemerintahan di Giliyang khususnya di Desa Bancamara. Sejarah
pemerintahan di Bancamara seperti yang telah disebutkan ditulisan yang
sebelumnya, berawal dari satu sistem pemerintahan tunggal. Dalam artian belum
ada pemisahan wilayah kekuasaan (Bancamara dan Banra’as). Sistem pemerintahan
tunggal ini bertahan hanya sampai dua preode, yaitu preode pertama (masa
kepemimpinna Kyai Abdul Hamid Sora Laksana) dan preode ke dua (masa kemepimpinan
Kyai Abd. Syahid bin Kyai Abdul Hamid). Seiring dengan perkembangan masyarakat
di Gili Iyang maka berdasarkan hasil kesepakatan bersama terbentuklah pemisahan
dua wilayah. Gagasan ini menjadi cikal-bakal lahirnya dua wilayah baru di Gili
Iyang yang kita kenal sekarang dengan desa Bancamara dan Banra’as.
Berakhirnya masa
kepemimpinan Kyai Abd. Syahid sekitar penghujung akhir abad XIX menjadi babak
baru dalam sejarah pemerintahan di Gili Iyang. Sebab pasca kepemimpinan putra
dari Kyai Hamid itu, Gili Iyang terbagi dalam dua wilayah (Banra’as dan
Bancamara). Sekitar tahun 1931 M, Thaha
bin Kyai Abd. Syahid naik tahta menjadi Kalebun pertama desa Bancamara.
Gung Thaha
memimpin Bancamara pada masa-masa pergerakan ketika bangsa Indonesia berebut kemerdekaan yaitu mulai
sekitar tahun 1931 M sampai dengan tahun 1947 M. Pada masa kepemimpinannya
marupakan masa-masa sulit butuh kinerja yang ekstra untuk mendapatkan hasil
yang optimal sesuai harapan. Pada masa itu, Gili Iyang berada dalam dua
peralihan cengkraman penjajah asing, yaitu kerajaan protestan Hindia Belanda
(1702-1942) serta kerajaan Sinto Jepang(1942-1945). Tragedi memilikukan banyak
terjadi pada masa ini, seperti kelaparan (akibat tindakan penguasa Jepang)
serta teror oleh pemerintah kerajaan
Belanda dll.
Setelah 16 tahun
Gung Thaha memimpin desa Bancamara, kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh
putranya, Daeng Maulana Ishaq. Ia
menjadi Kalebun Gili Iyang sewaktu usianya masih muda, 28 tahun. 6 tahun
Daeng Ishaq memimpinan Bancamara yaitu mulai dari tahun 1947-1953 M. Setelah 6
tahun menjadi Kalebun, Daeng Ishaq diganti oleh Abdus. Kalebun Abdus hanya
memimpin selama 2 tahun yaitu dari tahun 1953-1955 M. Lalu Busyairi. Dalam
sejarah pemerintahan di Gili Iyang, khususnya desa Bancamara, Busyairi termasuk
Kalabun paling singkat karena ia menjabat sebagai kepada desa Bancamara hanya
dalam jangka waktu sebulan saja.
Pasca Busyairi,
kepemimpinan di desa Bancamara dilanjutkan oleh Ra’ub (menjabat sebagai kepala
desa selama 2 tahun, 1955-1957). lalu Saleh (menjabat sebagai kepala desa
selama dua tahun, 1957-1959) lalu diganti oleh Muntaha alias pak emmon.
Dibanding Kelebun/kader/lurah sebelumnya, pak emmon termasuk kalebun yang
paling (32 tahun) yaitu 1959-1991. Setelah pak emmon turun dari jabatannya, ia
diganti oleh Massakup (kalebun sakuk). Cucu dari kalebun Ra’ub menjabat kepala
desa selama selama dua preode, preode I : 1991-1999 selama delapan tahun dan
dilanjutkan preode II: 1999-2007) selama delapan tahun, jadi kalebun sakuk
menjadi kades bancamara selama 16 tahun. Pasca kalebun sakuk, Rasyidi naik
menjadi kades Bancamara selama 6 tahun yaitu
mulai dari 2007-2013. Lalu pada tahun 2013 lalu diganti oleh Muhammad
Alwi S.pd.I ( 2013-hingga sekarang).
Begitulah ulasan
singkat mengenai sejarah pemerintahan di Giliyang khusunya di Desa Bancamara,
semoga kedepannya Giliyang tambah maju, dan mampuh menciptakan perubahan ke
arah yang lebih baik lagi. Amin.
Tidak ada komentar: